CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART2

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART2

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART2, Hasrat-Bispak30 Kami balik arah, dan mereka berdua temaniku kembali lagi ke kelas. Serta ke-2  doiku ini gak jenuh suntuknya menarik dan mengejekku terkait Andy. Saya kembali lagi gak dapat membalasnya, cuman tersenyum malu dan pasrah terima semuanya ini. Saya cuman dapat mengharapkan kami selekasnya hingga ke kelasku. Namun waktu kami sampai di muka pintu kelas, tiba-tiba saya berasa ingin buang air kecil.

"Sher… kamu kembali ke kelas saja dahulu. Jen, saya pengin ke toilet, kelak kalaupun ditanyan pak Totok tolong bilangin saya masih ke toilet dahulu ya", saya menitip pesan di Jenny.

"Eliza… saya temanin kamu ya…", Jenny merengek-rengek.

"Eh… gak mesti ah… tidak lama saja kok", kataku sembari ketawa geli.

"Ya sudah dech, tak boleh makin lama ya sayang… Sher, saya masuk dahulu, bye bye…", kata Jenny lalu sama-sama lambaikan tangan dengan Sherly, lantas masuk ke kelas.

Sherly sendiri selalu merengkuh tanganku. Sebetulnya saya sedikit geli digandeng oleh Sherly dengan mesra semacam ini, tetapi saya menurut saja sekalian mengharap dalam hati mudah-mudahan tidak ada yang berprasangka buruk lihat kemesraan Sherly padaku yang sedikit di luar batasan ini.

Pada akhirnya kami sampai di muka pintu kelasnya Sherly, dan saya tunggu Sherly membebaskan gandengan di tanganku.

"Telah dahulu ya Sher, saya ke toilet dahulu", kataku sembari tersenyum pada Sherly.

"Eliza… saya temani kamu ya…", bisik Sherly di telingaku.

"Ih kamu kok jadi seperti Jenny sich?… Gak perlu dech, saya kan hanya sekejap", jawabku dengan berbisik juga, dan kembali lagi saya ketawa geli.

"Iya dech, hingga sampai kelak ya Eliza", kata Sherly dengan model sedih, tetapi dia lambaikan tangannya.

"Iya, sampai kelak", saya menjawab sekalian angkat tanganku pula, lalu saya selekasnya ke arah toilet.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART2

Waktu saya akan masuk, saya berpapasan dengan Vera yang anyar keluar toilet. Kami sempat sama-sama sapa, serta diam diam saya berasa terheran, kenapa barusan Vera tersenyum aneh sesuai itu sewaktu dia melihatku.

Entahlah, lalu saya terus masuk ke toilet wanita ini, serta dengan asal-asalan saya memutuskan satu diantara dari 6 kamar kecil yang berada di dalam sini. Selesai saya usai buang air kecil serta membereskan busana dan rok seragamku, saya selekasnya keluar untuk balik ke kelasku.

"Emmphh…", saya menjerit terhambat sewaktu tiba-tiba ada suatu tangan yang menahan mulutku.

Belum saya bereaksi, suatu tangan yang lainnya melingkar di muka dadaku dan menarikku ke belakang, dalam pelukan pemilik ke-2  tangan ini.

Saya meronta dengan hati takut, tetapi pelukan ini terlampau kuat, sampai tanpa perlawanan yang bermakna, saya telah terbawa masuk ke gudang yang berada di samping toilet, tempat di mana Vera entahlah disetubuhi atau tengan layani Dedi serta Pandu 2 hari lalu.

Penculikku ini selalu menarikku ke ujung ruangan ini, sampai kami berada pada balik timbunan meja serta bangku tua. Tanpa ada lepaskan bekapan tangannya di mulutku, dia menghimpit bahuku sampai saya berjongkok, dan tidak berapa lama kemudian penculikku ini duduk dari sisi kananku, lalu dia memangku badanku di atas pahanya.

"Eliza… kamu tidak boleh ribut! Tidak lama lagi ada tontonan yang memikat", bisik penculik ini dalam telinga kiriku.

Suara ini membuatku merinding karena saya tahu ini nada Dedi. Saya termenung sebentar, lalu saya menggangguk perlahan. Lebih bagus saya menurutinya, karena jika saya memunculkan kekacauan, lalu banyak yang mengetahui saya dalam gudang ini lagi berduaan dengan Dedi, apa saja pertimbangannya namaku tentu akan remuk.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Bekapan di mulutku dilepaskan, dan saya diam saja tiada usaha menyaksikan menuju Dedi. Di gudang ini tidak tahu bakal ada tontonan apa, tetapi selesai tontonan itu selesai, saya risau Dedi gak dapat membiarkanku pergi demikian saja saat sebelum memaksakan saya layani gairah birahinya dalam gudang ini.

Saya tidak sedang suasana hati untuk ngeseks kini. Diam diam saya memikir bagaimana biar ini hari saya tak mesti mengikhlaskan lubang vaginaku ditembusi tangkai penis lelaki busuk ini. Barangkali saya dapat coba tawarkan service oral dengan argumen saya gak ingin ketauan pihak lain sebab saya mengerang, atau saya takut ditanya guru di kelasku karena saya kelamaan ada di dalam toilet.

Dengan demikian mudah-mudahan sang kurang ajar ini terima alasanku dan tidak memaksakanku buat ngeseks dengannya. Saat lagi saya pikirkan adakah argumen yang lebih baik, tiba-tiba kurasakan Dedi menggandeng lenganku, serta saya arahkan penglihatan mataku menuju yang dipilih oleh jemari telunjuk Dedi.

Saya tercenung lihat masuknya orang cebol langsung kukenali selaku pelayan satu diantaranya stan di kantin sekolah. Saya tidak tahu nama sang cebol ini, namun saya tahu pemilik stan tempat sang cebol ini bekerja yakni Cie Fifi, orang wanita yang menurutku wajahnya elok, umurnya kurang lebih 29 tahun.

Kehadiran sang cebol ini membuatku sedikit takut. Saya tahu diam diam sang cebol ini sukai memandang tajam ke Jenny, Sherly, saya, namun juga siswi lain yang makan di kantin. Entahlah apa yang diharapkan Dedi dengan menarikku ke gudang ini saat lagi dia mengetahui sang cebol ini dapat masuk ke sini.

Sang cebol duduk dengan sesenang hati di bangku yang berada di tengah area ini. Saya tidak ketahui apa yang dilaksanakan, apa menanti satu orang, atau dia memiliki rencana suatu yang lainnya.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D


Tau-tau pintu gudang ini terbuka kembali, serta saya termangu memandang kehadiran Cie Fifi yang masuk dengan raut muka dongkol. Tetapi anehnya Cie Fifi malahan mendekati sang cebol yang tersenyum senyuman menjijikan.

"Halo Fifi sayang", sapa sang cebol, sementara Cie Fifi cuma diam gak menjawab.

Tidak lama kemudian sang cebol berdiri, serta selanjutnya jantungku berdebar-debar kuat menyaksikan sebuah panorama erotis yang mengagetkan terhidang di hadapanku.

Sang cebol menyelisip masuk ke rok Cie Fifi yang cuma diam saja. Kepala sang cebol yang saat ini berada di dalam rok Cie Fifi, cocok di muka pangkal paha Cie Fifi bikin sisi depan rok itu menyembul.

"Sshh…", Cie Fifi mendesah sekalian pejamkan mata dan menggigit bibirnya sendiri.

Saya terus mencermati sisi yang menyembul dari rok Cie Fifi yang pasti ialah kepala sang cebol itu bergerak gerak, membuat hasratku perlahan-lahan bangun, serta saya mesti usaha mengendalikan napasku yang mulai mengincar.

"Mengapa elok? Kamu ingin digituin seperti Cik Fifi? Kok kamu ikut juga turut gigit bibir?", tiba-tiba kudengar bisikan Dedi.

Parasku berasa panas, saya baru sadar kalaupun rupanya saya  menggigit bibirku sendiri. Saya memandang Dedi dengan dongkol. Namun pastinya saya tidak dapat melakukan perbuatan sejumlah macam dibanding nasibku malahan jadi lebih jelek. Saya tidak tahu apa yang hendak terjadi padaku bila saya membikin kemelut yang menjadikan sang cebol ini tahu saya berada di sini.

Dedi cuma tersenyum senyuman, sama memuakkannya dengan senyum sang cebol barusan. Serta saya gak dapat banyak berbuat waktu Dedi yang memangku badanku ini memegangku dari belakang serta mulai memikatku.

Dengan ke-2  tangannya yang memutari badanku dari belakang ini, Dedi mulai meremasi ke-2  payudaraku, kadangkala halus, kadangkala kasar, yang benar tingkah Dedi ini membuatku resah serta jantungku berdegap lebih kuat.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART2

Saya gak berani menahan sebab saya takut tepisanku kemungkinan menyebabkan suara yang bisa-bisa kedengar oleh sang cebol itu atau Cie Fifi. Saya cuman dapat usaha menggenggam ke-2  pergelangan tangan Dedi yang jauh semakin besar dari ke-2  pergelangan tanganku ini, serta saya coba tarik tangan Dedi ke bawah untuk melepaskan ke-2  payudaraku dari remasan remasan kurang ajar ini.

Tetapi tangan Dedi terlampau kuat buatku buat kusingkirkan demikian saja. Saya menggelinjang kurang kuat, fokusku untuk menyaksikan fragmen erotis di hadapanku ini mulai bubar sebab saya sendiri sudah memulai terangsang karena tingkah Dedi yang selalu meremas ke-2  payudaraku.

"Ded… hentikan…", bisikku dengan ketus.

"Ssst!", Dedi menyuruhku diam, tetapi kurang ajarnya ke-2  tangan Dedi itu menempel kuat serta terus meremasi ke-2  payudaraku.

Sadar bakal peluang Cie Fifi dengar suaraku barusan, saya memandang ke Cie Fifi. Nyatanya dia sedang pejamkan mata serta mendesah gak karuan sembari memegang sembulan pada sisi depan rok yang dikenainya, yang jelas yakni kepala sang cebol.

Walau jantungku berdetak kuat menyaksikan itu seluruh, merasa sakit di ke-2  payudaraku membuatku kembali menggeliang, dan saya coba menghindari payudaraku dari remasan remasan nakal ini. Tetapi dimanapun saya bergerak, telapak tangan Dedi terus menempel kuat dan lagi memberinya remasan pada ke-2  payudaraku.

Pikiranku mulai kacau-balau serta napasku mulai berasa sesak. Perlahan-lahan tetapi pastilah, saya mulai menderita karena rasa panas yang mulai menjalari badanku ini.

Pada akhirnya saya menunjuk stop menggerak-gerakkan badanku, tetapi saya coba menggenggam dan menarik ke-2  telapak tangan Dedi yang repot permainkan ke-2  payudaraku ini. Saya sadar tenagaku tidak bakal ada berarti untuk Dedi, namun saya tidak pengin berserah demikian saja.

"Mhhh…", saya dengar rintihan Cie Fifi.

Perhatianku kembali tertuju pada fragmen erotis di depanku. Entahlah semenjak kapan, saya memandang satu helai celana dalam yang terkapar di dekat kaki Cie Fifi.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Itu pastilah celana dalam Cie Fifi yang diambil terlepas oleh sang cebol. Serta Cie Fifi yang saat ini sedikit membungkuk, mendesah serta mengesah dengan paras seperti meredam sakit saat lagi sang cebol repot di rok Cie Fifi.

Saya pejamkan mataku, memikirkan di rok Cie Fifi itu tak ada lembar celana dalam yang membuat perlindungan vagina Cie Fifi. Dan sekarang sang cebol itu entahlah sedang menjilat-jilati bibir vagina Cie Fifi, menyesap dan memagut bibir vagina Cie Fifi, atau lagi memikat dan mengeduk lubang vagina Cie Fifi dengan lidahnya, atau bisa saja dengan jarinya.

Rasa panas yang menjalari badanku ini kian jadi beres.  Saya sudah terangsang, tidak tahu sebab remasan nakal yang sedang dilakukan Dedi pada ke-2  payudaraku, atau lantaran pikiranku yang melayang-layang memikirkan apa yang berlangsung di rok Cie Fifi itu.

Serta badanku menggigil saat saya hampir tidak dapat meredam diriku buat mendesah karena Dedi mencium tengkuk leherku, serta kondisi jadi kian sukar buatku sewaktu saya rasakan jilatan Dedi di tengkuk leherku ini.

IV. Akhir Penderitaan Cie Fifi, Awal mula Deritaku

"Saya pun anyar ketahui kurang lebih dua minggu sebelumnya, jika bu Fifi itu bisa juga difungsikan seperti kamu", bisik Dedi di telingaku.

Pengin rasanya saya menampar Dedi karena ucap-ucapannya yang benar-benar kurang ajar itu. Namun saya tidak berani mengerjakannya, selain saya takut kehadiranku di sini kedapatan oleh Cie Fifi serta terpenting sang cebol, saya gak pengin terima balasan yang aneh aneh dari Dedi serta bikin nasibku makin jelek.

Karenanya saya cuman dapat memandang Dedi dengan kecewa, namun bibirku justru dipagut oleh Dedi. Saya pejamkan mataku dan membatasi rintihanku. Saya cuma dapat pasrah membebaskan Dedi melumat bibirku hingga sampai ia bahagia.

Namun di saat napasku nyaris habis, saya meronta sampai bibirku lepas dari pagutan Dedi, dan saya cepat usaha atur napasku sepelan barangkali supaya dengusan napasku ini tidak sampai kedengar Cie Fifi atau sang cebol.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART2

"Nungging di sono, Fifi", tiba-tiba kudengar nada sang cebol, yang tanpa enggan memerintah Cie Fifi secara langsung mengatakan nama Cie Fifi demikian saja.

Saya kembali melihat mereka. Telunjuk sang cebol menuju ke selembar kardus kusam dari sisi bangku tempat di mana dia menanti Cie Fifi barusan.

"Dasar kurang ajar. Kamu ingat ya! Ini hari telah ke sembilan!", kata Cie Fifi dengan 1/2 mendamprat pada sang cebol.

"Iya iya… tinggal 1x kembali. Udah cepat nungging", sang cebol menyetujui.

Biarpun raut muka Cie Fifi dilihat kecewa, Cie Fifi ikuti perintah sang cebol. Cie Fifi berlutut, lalu menopangkan ke-2  tangannya di lantai. Lalu Cie Fifi merendahkan badannya dan menumpukan kepalanya di ke-2  tangannya yang sekarang terlipat tetapi tetap menopang di lantai.

Tiada berujar apa manalagi, sang cebol melepaskan celana panjang dan celana dalamnya yang lumayan kusam. Lantas dia dekati Cie Fifi yang udah menungging itu dan menguak rok Cie Fifi ke atas. Tidaklah ada perlawanan betul-betul dari Cie Fifi di saat celana dalamnya dilorotkan sang cebol sampai ke lutut.

Sang cebol telah siap-siap untuk nikmati badan Cie Fifi. Dia berdiri ada di belakang bokong Cie Fifi, ke-2  kakinya rada direntangkan sedikit, dan sejenak kemudian…

"Engghh…", Cie Fifi melenguh.

Kusaksikan badan sang cebol telah mulai bergerak mundur-maju dibarengi desahan dan rintihan Cie Fifi. Tidak tahu sejak mulai kapan Cie Fifi jadi budak sex sang cebol ini, tetapi apabila sudah kali ke sembilan seperti kata Cie Fifi barusan, saya kurang begitu bertanya-tanya memandang sikap sang cebol yang berani dan sekehendak hati seperti barusan.

Saya tidak menduga Cie Fifi yang tiap hari dilihat demikian ramah dan enerjik, nyatanya merendam soal yang tidak selisih jauh denganku. Saya berasa belas kasih pada Cie Fifi kendati dari percakapan mereka barusan, kemungkinan Cie Fifi tinggal 1x kembali memasrahkan badannya dijarah oleh sang cebol itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Tetapi sebuah remasan kurang ajar pada ke-2  payudaraku ini menyadarkanku jika saat ini nasibku gak lebih bagus dari Cie Fifi.

"Elok, saya horny nih… Habis mereka usai kelak, saya pula ingin sama kamu sayang…", bisik Dedi di telingaku, dan dia lagi meremas remas ke-2  payudaraku denzgan keras.

Saya mengulet kesakitan. Serta kalimat Dedi barusan membuatku tegang. Kelak Dedi akan memaksakanku ngeseks dengannya. Saya terlintas intimidasi Dedi dalam tempat tambal ban itu, dan hal demikian membuatku takut lantaran selekasnya saya bakal mendapatkan soal kalaupun Dedi mengenali saya menggunakan celana dalam.

‘Duh… bagaimana ini? Cepat Eliza… berpikiir…', saya berteriak dalam hati.

Saya terlintas perihal sejumlah argumen yang kupikirkan barusan. Saat ini tinggal bagaimana tekniknya saya meminta biar Dedi ingin dengar alasanku serta tak memaksakanku buat ngeseks dengannya.

"Oooh…", kudengar Cie Fifi mengesah sampai saya kembali memerhatikan Cie Fifi.

Nyatanya sang cebol sedang semangat memaju mundurkan badannya ke selangkangan Cie Fifi. Badan Cie Fifi tergoyang guncang, membuatku sedikit ingin tahu apa penis sang cebol itu lumayan besar. Namun saya kembali mengulet kesakitan sewaktu Dedi meremas ke-2  payudaraku dengan gaungs.

"Ded, udah… sakit… turunin saya donk", saya berbisik dengan dongkol pada Dedi.

"Habis empuk sich", jawab Dedi kurang ajar sembari meremas bongkahan payudaraku 1 kali kembali, lalu dia menurunkanku dari pangkuannya.

Saya memandang Dedi jengkel, serta dia cuman tersenyum senyuman, kelihatannya dia puas sesudah membuat ke-2  payudaraku ini mainannya semenjak barusan.

Nada rintihan Cie Fifi ditambahkan dengusan sang cebol, membuat kondisi di gudang ini jadi sedikit ribut, jadi saya memikir ini waktu yang benar buat sampaikan niat dan alasanku pada Dedi tanpa takut kedengar oleh Cie Fifi atau sang cebol.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART2

"Ded, saya barusan itu cuman pamit ke WC. Saya oralin kamu saat ini saja ya, seramnya kelak saya dimarahin sama guru kalaupun saya kelamaan di sini.", saya berbisik lambat sekalian memandang Dedi serta melepaskan celana panjangnya seperlunya.

Dedi diam, kayaknya dia sedang pikir.

"Ya udah, saat ini saja", jawab Dedi yang dengan berbisik.

Saya lega dengar jawaban Dedi, serta saya selekasnya menurunkan celana dalam Dedi buat cari penisnya. Saya termangu sebentar lihat penis itu telah ereksi, dan sewaktu saya memegang tangkai penis itu, berasa demikian keras.

"Telah berdiri Cantik… karena sebab kamu", bisik Dedi dengan berlaga mesra.

Saya sedikit risi  dengar rayuan cabul Dedi. Tetapi saya gak ingin buang waktu, saya selekasnya mulai menarik penis Dedi, mengocak tangkai penis itu secara lembut.

"Oooh… nikmatnya memekmu Fiii", saya dengar sang cebol mengaduh, dan sewaktu saya melirik menuju mereka, saya menyaksikan sang cebol tengah menarik penisnya.

Rupanya sang cebol cepat juga keluar. Bagaimana dengan panjang penisnya? Apa lebih pendek dari beberapa punya beberapa pejantan yang sudah memerkosaku?

Sekarang Cie Fifi terbujur rebah di atas kardus itu. Seingatku, sejak mulai barusan Cie Fifi cuman mendesah atau mengerang saja, namun tidak hingga melenguh layaknya seperti wanita yang tengah alami orgasme. Apa karena penis sang cebol itu sangat pendek? Atau mungkinkah penis sang cebol itu pula seperti penis punya wali kelasku, yang benyek serta cepat keluar itu?

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama