CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART5

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART5, Hasrat-Bispak30 Ke-2  payudaraku tentu sudah memulai tampak oleh Wawan dan Suwito yang sekarang jadi menelan ludah. Saya selalu turunkan handuk ini sampai ujung atas bibir vaginaku yang telah berkali kali berisi penis mereka itu terpajang dihadapan mereka.

Wawan serta Suwito terus melotot melihati badanku, hingga sampai mata mereka seperti keluar tempatnya. Saya bertambah bergairah menarik mereka, serta pada kondisi telanjang bundar sesuai ini, perlahan-lahan saya mengubah badanku, lalu saya ambil langkah menuju almari bajuku dengan kaki tersilang seperti seseorang mode yang lagi berjalan pada atas catwalk.

Saya ambil bra dan celana dalamku dari almari bajuku, berencana kupilih bra yang mempunyai ukuran amat kecil antara semua punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, dan saya ambil langkah kesana dengan type seperti barusan sekalian mengerling nakal dari mereka.

Selanjutnya saya berniat berlambat pelan kenakan bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… mari non… membuka dong…", saya dengar suara Wawan dan Suwito di luar yang meminta meminta dengan paras asusila mereka itu.

Tidak tahu apa yang mereka meminta buat dibuka, bra yang udah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang tentu saya tidak mungkin ingin menyetujui permintaan mereka.

Serta dalam hati saya marah-marah, disini saya dapat dengar ujaran mereka yang tidak sangat keras itu secara jelas, tetapi barusan itu mereka beraga tidak mendengarku. Karena itu saya menentukan untuk membikin mereka semakin haus serta lapar dapat badanku, toh saya aman aman saja di sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal ke mereka berdua. Saya lagi kenakan celana dalamku, serta seperti barusan, saya berlambat lamban menambah celana dalamku melintasi ke-2  pahaku, hingga selanjutnya celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seolah saya mau memamerkan badanku dengan terang dari mereka semua.  Seterusnya saya mengusung ke-2  tanganku, pejamkan mataku serta memutar badanku seolah tengah menari.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam tirai jendela kamarku dan tutup beberapa badanku dengan gordin itu, sembari mengerling nakal menjurus mereka bertiga.

"Udah, saya pengin tidur!", saya berbicara dengan suara keras, lalu saya tutup korden jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengandaikan tidak tahu sekesal apa Wawan dan Suwito kini padaku. Kudengar gebrakan gebrakan kecil di jendela kamarku, namun saya sudah pasti gak pengen menyikapi semuanya.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku untuk keringkan rambutku dengan hair dryer. Saat saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak seringkali, ternyata mereka udah terbakar gairah dan memaksakan masuk ke sini untuk mendapatku, mencabuliku serta melumat habis badanku.

Jantungku berdegap kuat, serta saya jadi sedikit tegang juga.  Namun saya coba tenang. Saya tahu saya akan aman dalam kamarku, mereka gak akan berani lakukan perbuatan lebih jauh seperti merusak pintu kamarku ini. Seusai rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut serta nyaman, saya memastikan untuk lekas tidur siang.

Saya gak pengin tidur kelamaan, karenanya saya menyetel weker biar berdering pada pukul lima sore kelak. Lantas dengan cuma memakai bra dan celana dalam semacam ini, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup susah saya usaha buat selekasnya tertidur. Andy terus ada di hadapanku tiap saya pejamkan mataku. Bila saya buka mataku, saya jadi mau malam selekasnya datang dan memikirkan begitu senangnya saya nanti Andy menghubungiku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, dan tidak tahu berapakah lama setelah itu baru saya selanjutnya dapat tertidur.

VI. Sakit hati Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore di saat saya telah terjaga dari tidur siangku. Namun rasa letih dan pegal yang menganiaya badanku waktu tiga ini hari telah menyusut banyak. Serta saya udah tersenyum senyuman kembali sebab bayang-bayang Andy telah kembali isikan hatiku.

"Non… non…", kudengar nada Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku cemas.

"Ada tukang surat yang mohon tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, tidak lama", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, dan udara dingin AC kamarku langsung melanda badanku yang cuman berbalut bra serta celana dalam saja. Saya menggigil sesaat dan langsung lari ke dalam almari bajuku, lalu saya lekas kenakan busana rumah versi takarannya.

"Aduh… genting deh…", saya meratap dengan cemas.

Saya melihat dari balik korden jendela kamarku, keliatannya Wawan serta Suwito telah tak di muka jendela kamarku. Tidak tahu berada di mana mereka saat ini, tidak boleh jangan mereka sedang nungguin saya di muka pintu kamarku.

Karenanya dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, serta saya cuma dapat lihat Sulikah yang tungguku.

"Mbak, mesti saya ya yang tanda-tangan?", saya menanyakan dengan impian jawabnya tidak.

"Kata tukang suratnya sich mesti non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya ingin membebaskan tukang surat itu pergi, namun saya gak pengin kedepannya saya jadi bertambah sibuk kalaupun rupanya yang bisa diungkapkan tukang surat itu suatu hal yang perlu. Terpaksa sekali saya tempuh dampak ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, dan dengan berharap harap resah saya melihat apa mereka berada di sekitaran sini.

"Mbak, mereka ada pada mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich berada di kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sekalian tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang lihat anak majikannya takut akan dicabuli, bukan kasihan, malahan senyuman senyuman sebagai berikut. Saya sedikit jengkel di Sulikah, namun saya gak berbicara apa apa serta selekasnya turun ketujuan pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku sewaktu saya udah ada dalam hadapan loper itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman buat mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata loper itu sekalian berikan suatu amplop padaku, yang nyatanya didalamnya Potongan harga Card dari restaurant idola Jenny, berikut dengan suatu pertanda terima dan pulpen padaku.

"Oh ya, terimakasih pak", saya berbicara suka dan menanda handel tandanya terima itu, lalu saya masuk ke dengan gembira.

Bermakna esok atau Senin saya dapat memperlihatkan di Jenny dan Sherly, saya terlebih dulu yang memperoleh Potongan harga Card ini. Serta saya dapat membayari mereka berdua di situ untuk bikin mereka lebih geram padaku :p

Namun jantungku hampir stop sewaktu di garasi saya menyaksikan Suwito yang memburuku dengan gantengg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan mengelit bekukan Suwito, dan saya lari ke dengan was-was, mengharapkan saya masih menyempatkan masuk ke kamarku dan menggembok pintu.

"Gak mesti lari non, sia-sia saja", ledek Suwito sembari ketawa, serta dia mulai mengartikulasikanrku, membuatku kian ketakutan dan saya lagi lari menuju tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit takut waktu tau-tau Wawan ada dari balik tangga, dan saya mengelit sebisaku waktu Wawan  ingin tangkapku.

Saya gak dapat ke tangga,  tidak dapat lari ke luar. Saya lari ke ruangan tamu, tetapi perlahan-lahan mereka jadi membuatku terdesak di sofa ruangan tamu. Saya jadi ngotot dan melompati meja di tempat tamu ini, lalu saya berniat larikan diri ke ruangan keluarga.

Tetapi mereka lebih bisa cepat merintangiku, serta selalu menyekapku sampai saya kembali terdesak, terkepung di grandfather clock yang terpasang di area tamu ini.

"Udah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang kian merapat dan siap-siap membekukku.

"Waktunya non berserah dan main main sama kami", Suwito menambah sekalian tersenyum asusila.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART5

Jantungku berdetak makin cepat. Saya tahu saya tidak boleh hingga sampai ketangkap mereka. Lantaran mereka berdua yang nyata nanti dapat tambah lagi dengan pak Bijaksanain, pasti akan mencabuliku hingga sampai mereka senang merampungkan sakit hati birahi mereka padaku.

"Ko… kok telah pulang?", kataku sekalian arahkan penglihatanku ke pintu pokok area keluarga yang kelihatan disini.

Wawan serta Suwito langsung melihat menuju pintu, pastinya mereka terperanjat 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan berikut langsung kugunakan buat larikan diri ke arah area keluarga, serta saya lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang selanjutnya langsung menyebutrku.

"Tidak boleh lari non!", dahsyat Wawan yang turut menyebutrku.

Saya mati matian lari secepat-cepatnya ketujuan tangga, dan keliatannya saya betul-betul lebih semakin cepat pada mereka. Saya lagi ketujuan ke kamarku, serta saya sukses menutup pintu kamarku benar saat sebelum handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku terasanya akan lepas. Jelas Wawan dan Suwito tengah usaha buka pintu kamarku. Tetapi saya pun sadar jika saya udah aman dalam kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan suka.

Lega sekali rasanya saya dapat terlepas dari 2 maniak itu. Bukanlah saya gak pengin layani mereka, saya cuma mau simpan tenagaku ini hari, sangat tidaklah sampai saya usai telpon dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat gara-gara baru-baru ini lari dengan maksimal seperti barusan. Napasku pun sedikit tidak memiliki aturan serta badanku sedikit gemetaran, namun saat ini semua aman. Dan saya berpikiran jika merendam di air hangat barangkali dapat turunkan kemelutku.

Jadi saya ambil satu set pakaian tukar komplet dengan bra serta celana dalam dari almari bajuku, dan saya mengambil langkah ke kamar mandiku. Gak lupa saya mengikutsertakan handuk yang terkait di muka wastafel, dan saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan waktu saya lihat pak Berbudiin yang ada di kamar mandiku, entahlah mulai sejak kapan dia ada dalam sini.

Lembar untuk lembar busana yang kubawa berguguran ke lantai kamarku pada saat saya mundur mundur sembari menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Berbudiin mulai dekatiku.

"Pak… tidak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, tetapi kondisi ini tetap, pak Bijaksanain terus dekatiku.

Saya kian kuatir, gak tahu mesti lari ke mana. Namun saya tetap mempunyai keinginan. Asal saya dapat mempermainkan pak Bijakin sampai saya dapat lari ke kamar mandi di kamarku ini serta menutup pintunya, barangkali saya masih dapat selamat, sekurang-kurangnya untuk beberapa waktu.

"Pak… ya sudah Eliza ingin sama pak Bijakin saja, tetapi tak boleh panggil lainnya ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja serta saat ini saya jadi merapat menjurus pak Bijakin.

Saya akan menarik kaus yang kukenakan ini, tetapi saya hentikan niatku di saat pak Bijaksanain yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini justru buka korden kamarku yang benar ada di dekatnya.

Saya telah patah semangat, impianku redup betul-betul saat saya menyaksikan kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Bijaksanain, sebab itu mempunyai arti jalan masuk ke kamarku terbuka buat Wawan serta Suwito.

Saya mustahil miliki cukup waktu untuk larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, sebab saat saya memutar kunci pintu kamarku, pak Bijaksanain sudah pasti menangkapku.

"Saya sich puas senang saja non jika dapat ngeseks sama non sendirian, cuman saya tidak sedap sama Wawan dan Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan atas mereka ", kata pak Berbudiin yang saat ini kembali merapat ke arahku.

Saya benar-benar geram dengar kata-kata pak Bijaksanain, yang benar-benar betul itu. Bila dahulu Wawan dan Suwito tak mulai kekurang tuntunan mereka kepadaku, belum pasti pak Bijakin dapat turut nikmati badanku dengan mereka.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART5

Lebih kembali, belum pasti saya mesti jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri semenjak tahun akhir 2004 tempo hari.

Tetapi tiada waktu untukku untuk mengenang saat waktu lalu.  Saya sadar saat ini pak Bijakin udah dekat sekali, serta saya sempat berputar-balik ke belakang buat menghindari di saat pak Bijaksanain coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, saat ini saya sungguh-sungguh terasa dapat digagahi.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Marilah bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek tidak, saiki kene lak ngaplo maneh? Tetapi saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes gak buko. Wedine non Eliza mlebu lan sembunyi nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Bijakin dengan bahasa Suroboyoan dari mereka, serta pak Bijakin selalu dekatiku.

Buat yang tidak ketahui pembicaraan mereka yang gunakan bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan menanyakan apa pak Berbudiin berada di dalam kamarku, serta memerintah pak Bijakin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Bijakin menyepakati kalaupun dia berada pada dalam sini, sekalian membesarkan hati diri karena dia barusan tunggu dalam kamar mandiku. Jika tidak, kini mereka jelas kembali tidak bekerja. Tetapi pak Bijaksanain memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya udah dibuka olehnya, sebab pak Bijaksanain risau saya akan masuk dan sembunyi di kamar mandiku pada saat dia buka pintu kamarku buat Wawan.

Tidak hanya itu pak Berbudiin pula memohon Suwito buat tunggu di muka pintu kamarku, sampai Wawan buka pintu kamarku untuk dia. Dengan demikian saya mustahil dapat larikan diri melalui mana saja, lantaran seluruh jalan keluar kamarku udah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Betul-betul edan, pak Bijakin hingga telah bikin siasat sesuai ini untuk tangkapku, dan memanglah mereka sukses membuatku terkepung dalam kamarku sendiri. Entahlah bagaimana dia dapat pikirkan ini, yang pasti waktu ini saya telah tidak dapat lakukan perbuatan apa manalagi, dan saya tinggal menanti waktu sebelumnya badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… tidak boleh paak…", saya menjerit di saat ke-2  tanganku telah ketangkap pak Berbudiin yang tiba-tiba menangkapku, serta saya sekalipun gak sempat menghindari sebab semangatku udah redup.

Saya mulai coba meronta, namun semuanya itu sia-sia saja. Apalah makna tenagaku, seseorang gadis yang imut jika ketimbang dengan pak Berbudiin yang memiliki tubuh tegap dan kekar itu?

Tidak berapa lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia mengancingnya. Tirai itu  ditutup olehnya.

"Pintar kowe Fin", kata Wawan yang dilihat begitu puas dengan sukses siasat pak Berbudiin.

Lalu Wawan melangkah ke pintu kamarku, sekalian menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, dan dia buka pintu kamarku buat Suwito. Mereka berdua sama-sama tos dengan bergairah, membuatku kian lemas menyaksikan ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Diawali
Lengkaplah ke-3  pejantan yang pasti lekas melumat badanku buat menumpahkan marah mereka padaku. Tidak tahu mereka bakal membabatku kayak apa, saya gak berani mengandaikan nasibku bakal seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta saat Wawan dan Suwito dekatiku sembari menyeringai. Walau sesungguhnya mereka seringkali nikmati badanku, tetap sekarang saya merinding takut memandang tatapan mereka yang seperti pengin menelanku bundar bulat.

Saya terus coba membebaskan ke-2  tanganku dari cengkraman tangan pak Bijaksanain.

"Jangan… gak boleh sekarang… esok saja… gak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas telah melumat bibirku.

Saat saya mendesah rintih hingga kemudian megap megap sebab kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku udah dilorotkan.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA BAHENOL PART5

Saya tidak menyaksikan siapakah yang melakukan, namun dengan pak Bijakin yang mencengkam ke-2  tanganku serta Suwito yang masih memagut bibirku, saya tahu eksekutornya pastilah Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, serta seterusnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh gairah.

Saya mulai melemas, dan sewaktu pak Berbudiin melepas cekamannya pada tangan kananku, saya udah begitu rusuh buat memakai tangan kananku tidak tahu buat memajukan Suwito masih repot melumat bibirku, atau Wawan yang selalu memagut bibir vaginaku. Apalagi tenaga di tangan kananku ini rasanya lesap entahlah ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta dan merengek-rengek saat Suwito membebaskan pagutannya di bibirku.

"Lepasin? Non Eliza gak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, dan dia bersama pak Bijakin menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Saat ini saya tinggal memakai bra yang punya warna putih ini, serta saya tahu selekasnya pembantaian kepada diriku bakal selekasnya diawali.

Pak Bijakin serta Suwito yang berdiri di sisi kiri serta kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama